Home Agro & Budidaya Pasar Buah Hidroponik Yang Sehat Merambah Indonesia

Pasar Buah Hidroponik Yang Sehat Merambah Indonesia

1041
0
Foto : Kompas
Forpronews – Indonesia adalah negara besar dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia potensial untuk dapat membangun industri buah nusantara. Dalam konteks membangun industri buah nusantara, sejak 17 Mei 2013 telah dicanangkan Revolusi Oranye oleh Menteri BUMN Republik Indonesia. Revolusi Oranye adalah gerakan nasional untuk mengubah secara revolusioner, pengembangan, kebijakan, dan pasar buah nusantara, melalui dukungan dan fasilitasi pengembangan produksi buah nusantara berbasis kawasan perkebunan, kampanye konsumsi buah nusantara, peningkatan ekspor buah tropis serta penurunan ketergantungan terhadap buah impor.
Visi Revolusi Oranye adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah nasional secara mandiri, tidak bergantung pada impor dan untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir terbesar buah-buahan tropis di Asia Tenggara pada tahun 2025 dan dunia pada tahun 2045. Misi dari Revolusi Oranye adalah untuk secara konsisten dan terus menerus memproduksi dan menyediakan produk buah nusantara yang berkualitas tinggi, memiliki nilai tambah dan kompetitif untuk pasar domestik dan internasional.
Berbagai macam buah-buahan, seperti durian, rambutan, lengkeng tumbuh liar di hutan Sumatera dan Kalimantan. Matoa di belantara Papua. Namun, masih terlalu sedikit yang dibudidayakan oleh para petani dalam skala komersial. Padahal, buah-buahan tersebut merupakan harta alam yang sangat berharga.
Keanekaragaman jenis buah-buahan juga merupakan sumber genetik yang sulit ditemukan di daerah lain. Plasma nutfah ini dapat menjadi bahan utama dalam pembibitan jenis baru atau varietas unggul buah-buahan di masa mendatang. Dalam menghadapi pasar global, seharusnya Indonesia menjadi pelopor persaingan pasar buah-buahan tropis yang sulit ditemukan di daerah subtropis.
Pandemi Covid-19 yang merebak ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia telah membuat aktivitas perdagangan turut tertekan, namun Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo tetap optimis bahwa komoditas pertanian Indonesia bisa tetap stabil. Bahkan sejak diumumkan pertama kali adanya kasus infeksi Covid-19 pada awal Maret 2020 lalu, komoditas hortikultura khususnya permintaan sayur dan buah segar mengalami peningkatan.
Di sisi lain, penjualan produk buah impor seperti jeruk, lengkeng, apel dan pir justru mengalami penurunan akibat terganggunya distribusi yang berdampak pada lonjakan harga di dalam negeri. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai toko buah di Jakarta, penjualan buah impor menurun drastis, khususnya buah import yang berasal dari China.
Sejak Januari hingga Februari saja, omset penjualan buah impor seperti jeruk santang dan jeruk sunkis mengalami penurunan hingga 45-60 persen. Berkurangnya pasokan buah impor karena gangguan transportasi serta kekuatiran penyebaran virus Covid 19, mengakibatkan kekurangan pasokan yang diikuti dengan lonjakan harga sehingga menjadi peluang bagi buah lokal untuk mengisi pasar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here