Home Pariwisata Extreme Sport Tebing Nglanggeran | Gunung Api Purba Ajang Uji Nyali Panjat Tebing di...

Tebing Nglanggeran | Gunung Api Purba Ajang Uji Nyali Panjat Tebing di Yogyakarta

99
0
Gunung Api Purba Nglanggeran – Foto Maisyafarhati
Forpronews | Gunung Api Purba Nglanggeran, bagi para pecinta alam dan kalangan anak muda khususnya, mendaki gunung merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan, kerja team, kebersamaan dan kekompakan dapat teruji yang dilihat pada kegiatan tersebut. Selain itu kita juga dapat melihat panorama keindahan Alam yang masih alami dilokasi ini.
Abimanyu / Angkawijaya
Nama Nglanggeran yang terdengar unik ini memiliki kisah dari kepercayaan setempat, yaitu seorang dalang yang diundang untuk mementaskan wayang kulit, namun ada warga setempat yang merusak wayang yang berada di panggung, dimana warga tsb dianggap melanggar aturan. Sang Dalang yang marah akhirnya mengutuk warga tersebut menjadi wayang yang dibuang ke bukit batu Nglanggeran. Kata Nglanggeran berasal dari kata “Nglanggar” yang berarti melanggar. Kepercayaan oleh warga sekitar, bahwa Gunung Nglanggeran ini dijaga oleh tokoh Pewayangan Punokawan yang bernama Abimanyu atau Angkawijaya.
Gunung Nglanggeran ini terbentuk pada 60-70 juta tahun yang lalu, dan berumur tersier ini (Oligo-Miosen) merupakan puncak gunung api purba yang meletus dan meninggalkan sisa-sisa kalderanya hingga saat ini. Lokasi Gunung Nglanggeran ini dulunya berasal dari gunung api aktif dasar laut yang terangkat dan menjadi daratan yang berada di ketinggian 700 mdpl, Puncak gunungnya adalah Gunung Gedhe yang di dominasi aglomerat dan breksi gunung api. Luas kawasan Gunung Nglanggeran mencapai 48 hektar. Suhu rata-rata berkisar 23-270C.
Gunung Nglanggeran hanya berjarak 25 km dari Pusat Kota Jogya, 45 menit perjalanan darat ke lokasi yang berada di Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul ini terletak di kawasan karst Batuagung, yang litologinya tersusun dari fragmen material tua memiliki dua puncak yaitu Puncak Barat dan Puncak Timur dengan kaldera di bagian tengahnya. Deretan gunung batu yang berada di Nglanggeran ini dinamai sesuai dengan bentuknya, yaitu Gunung Lima Jari, Gunung Kelir dan Gunung Wayang.
Gunung Nglanggeran saat ini dikelola oleh Karang Taruna Desa Nglanggeran. Dan untuk informasi dan reservasi bisa menghubungi Sugeng Handoko disini  atau Heru Purwanto disini. Bagi wisatawan yang ingin menikmati saat sunrise bisa memilih spot Puncak Timur dan Puncak Gedhe, untuk mendapatkan momen dan foto eksotis yang spektakuler. Kita bisa naik keatas menggunakan sepeda motor atau juga trekking.
Bagi mereka yang ingin camping, bisa menuju ke Puncak Barat Gunung Nglanggeran tepatnya di Gunung Gedhe, sekitar 50 meter sebelum Puncak Gunung Gedhe, terdapat area yang cukup lapang yang dan cukup strategis, lokasinya terlindung dari angin kencang di puncak gunung. Kita bisa menikmati menyaksikan keindahan Gunung Lima Jari di hadapan kita.
Pada Puncak Nglanggeran terdapat sekelompok penduduk yang dihuni oleh 7 kepala keluarga di Dusun Tlogo Mardhido ini, memiliki kepercayaan turun temurun yang unik, dimana hanya boleh dihuni oleh 7 kepala keluarga, anak-anak mereka yang telah berkeluarga diharuskan meninggalkan Dusun tersebut. Sesepuh Puncak Nglanggeran ini adalah Mbah Redjodimulyo.
Dan juga terdapat Embung Nglanggeran yang dibuat dan diresmikan pada tanggal 19 Februari 2013 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Embung atau danau buatan dengan ukuran 60x60x3 meter yang terletak di Bukit Gandhu ini berfungsi untuk menampung air hujan yang airnya digunakan untuk Kebun Buah Nglanggeran berupa kelengkeng, durian monthong, alpukat, kakao dan rambutan.
Embung Nglanggeran tersebut yang awalnya dibuat untuk tujuan reservasi air hujan selain untuk pertanian masyarakat, namun saat ini juga menjadi obyek wisata yang sangat banyak dikunjungi wisatawan khususnya untuk memburu spot foto yang unik, baik pada saat sunrise, siang hari yang cerah dan saat sunset di sore hari maupun pada saat malam hari, spot terbaik foto sunset adalah dari Pos 1.
Pengelola telah mempersiapkan fasilitas yang cukup lengkap seperti Tempat Parkir, Toilet, Masjid, Warung, Saung, Gardu Pandang, tangga dari batu untuk naik ke puncak bukit. Cocok untuk acara Gathering atau kumpul Komunitas Sepeda, Motor maupun Mobil. Tiket yang diberlakukan untuk Turis Lokal Siang Rp. 10.000 dan Malam Rp 15.000, sedangkan untuk Turis Mancanegara dikenakan Tarif flat sebesar Rp. 30.000.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here