Home Bisnis Resi Gudang

Resi Gudang

1164
0

Resi Gudang

Cerita dua orang ini menarik dan bisa menjadi sumber inspirasi bagi anak muda milenial untuk dapat bekerja dengan menggunakan platform digital 4.0.
Saya pernah bertemu dengan anak muda di Bandara. Usianya baru 32 tahun. Dia lulusan PTS di Surabaya.”
“ Mau kemana ? Tanya saya.
“ Ke Guangzho, om”
“ Ngapain ?
“ Beli barang.”
“ Mau dijual lagi ?
“ Ya “
‘ Kerja sama orang ?
‘ Engga. Kerja sendiri. “
“ Wah hebat kamu.”
“ Modal kecil om.
“ Tetapi yang penting kamu ada kemauan untuk mandiri. Itu hebat.”
“ Tadi saya sempat kerja di perusahaan tambang batu bara. Sebagai marketing. Gaji sih lumayan besar. Terakhir gaji saya sebesar Rp. 30 juta perbulan.
“ Gaji sebesar itu kenapa berhenti ?
“ Tadinya saya iseng iseng buka akun di Alibaba. Terus beli barang kecil kecilan di China. Listing di alibaba. Eh engga tahunya. Hanya seminggu laku dibeli orang. Lumayan untungnya “
“ Kamu beli secara online di China?
“ Kalau online kan harganya lebih mahal. Saya datang langsung ke pabrik di China atau ke grosir. Terus, barang itu tidak saya bawa ke jakarta tetapi saya tempatkan di Hall Mart di Zhenzhen.”
“ Kamu bayar sewa Hall Mart dong?
“ ya tetapi dibayar setelah barang terjual.”
“ Gimana cara pengirimannya kalau ada pesanan”
“ Semua yang atur Hall Mart. Kita tinggal perintahkan kirim melalui aplikasi yang mereka sediakan. Barang akan dikirim. “
“ Wah hebat kamu.”
‘ Lumayanlah om. Setidaknya dari bisnis ini saya dapat income sebulan 20 kali dari gaji yang saya terima waktu kerja dulu.”
“ Hebat kamu.”
“ Penghasilan selama 3 tahun saya tabung. Saya ada modal untuk ekspansi. Sekarang bukan hanya barang dari Cina, dari indonesia juga saya beli dan pasarkan melalui situs online. “
“ Mengapa kamu tertarik juga jual barang dari Indonesia ?
“ Produksi kita itu murah sekali om. Sangat bersaing di pasar international”
“ Tapi di Indonesia belum ada Hall Mart ?
“ ya saya sewa gudang di kawasan industri. Engga besar. Nah saya beli macem macem barang. Umumnya barang kebutuhan hari hari. Termasuk juga hasil pertanian seperti Powder ginger, molases dll. Kemudian saya pasarkan lewat online”
“ Apa engga takut bersaing dengan pabrikan?
“ Kan mereka jualnya partai besar. Saya kan retail”
‘ Oh gitu. Wah sekarang udah berapa omzetnya setahun?
“ ya lumayanlah. Setidaknya keputusan saya berwirausaha tidak salah. Saya juga bisa memberi pekerjaan untuk orang lain. Dan beberapa industri kecil saya jadikan mitra dan membina pemasaran mereka. Saya bantu modal dan juga pemasaran. Ya sama sama untung lah.”
“ hebat kamu.”
Dia menyalami saya ketika berpisah di Bandara Hong kong. Saya termenung lama. Melihat anak muda itu saya sangat optimis masa depan indonesia akan hebat. Dia tidak mengutuki perubahan tetapi dia belajar dari perubahan untuk berkembang dengan semangat bersaing secara terhomat. Saya yakin ada banyak anak muda lain yang kaya raya akibat hadirnya teknologi 4.0. Sementara ada pengusaha besar kelas konglomerat dan ada juga pengamat yang berusaha menakuti perubahan zaman akibat teknologi 4.0 dengan penuh paranoid dan dikaitkan dengan politik. Padahal perubahan akibat teknologi 4.0 tidak ada kaitannya dengan geopolitik. Ini murni bisnis bagi siapa saja yang mau maju.
“ Babo apa Hallmart itu ? tanya nitizen.
“ Hallmart itu adalah jasa gudang untuk menyimpan barang siap pasar.”
“ Oh pergudangan ya. “
“ Ya. Tetapi jangan kamu bayangkan gudangnya seperti di Tanjung Priok di mana kamu harus sewa satu ruangan besar. Tidak.”
“ Jadi?
“ Ini satu gudang ukuran besar untuk menampung ribuan penyewa dari seluruh dunia”
“ Gimana bisa pastikan barang kita aman?
“ Gudang itu berdiri atas dasar izin dari pemerintah. Semua barang di Asuransikan.”
“ Apa kelebihan dari Hallmart itu ?
“ Kamu bisa simpan barang secara retail di gudang tanpa ada resiko kehilangan. Mereka akan beri kamu resi sebagai bukti kamu menitip barang di gudang. Kamu juga terhubung dengan aplikasi logistik yang mereka sediakan. Artinya kalau barang kamu laku di pasar, kamu engga usah repot gimana kirimnya, Cukup kamu kirim perintah ke pada Hallmart , selanjutnya mereka yang urus pengiriman sampai ke konsumen. “
“ Wah hebat ya Babo. Jadi kalau saya beli barang di China, engga perlu saya bawa ke Indonesia. Toh barang itu akan saya jual lagi. Cukup saya simpan di Hallmart. Kemudian listing di Alibaba atau situs lainnya. Kalau ada yang membeli, saya bisa langsung perintahkan Hallmart kirim barang itu tanpa saya pusing gimana ngirimnya. Semua proses itu dilakukan hanya lewat smartphone.”
“ Ya “
“ Gimana soal biaya sewa gudang”
“ Biaya sewa ukurannya bisa per M2 atau per Kg. Pengelola tinggal melihat kalau barang kamu lebih besar volume maka dia akan kenakan biaya per M2. Kalau lebih ke berat maka akan di hitung per Kg. Harga minimal untuk M2 atau per KG. Jadi kalau barang kamu kurang dari 1 M2 dikenakan biaya per M2. Kalau berat kurang dari 1 KG di kenakan biaya per Kg.”
“ Soal biaya pengiriman?
“ Biaya logistik lebih murah. Karena Hallmart melakukan pegiriman dalam jumlah besar setiap harinya. Sehingga mereka bisa bargain dihadapan perusahaan jasa pengiriman. Bahkan dalam kasus tertentu terjadi overload cargo diatas target, mereka gratiskan ongkos kirim”
“ Wow efisien sekali.”
“ Terus gimana kalau ternyata tidak ada yang beli barang itu ?
“ Kamu bisa jual resi gudang itu di pasar sekunder dengan sesama penyewa gudang. Mereka sediakan aplikasi fintech untuk itu. Jadi kamu bisa dapat uang cash dan pindah ke barang lain yang laku dipasar.”
“ Kalau barang belum laku tetapi saya butuh uang untuk beli barang lain. Gimana ?
‘ Kamu bisa gadaikan resi gudang itu melalui fasilitas fintech. Kamu akan dapat uang tunai. Tentu ada hitungannya. Nanti kalau barang terjual, secara otomatis uang kamu akan dipotong untuk bayar utang itu. “
“Jadi likuiditas saya tetap terjaga “
“ Ya.”
‘ Dahsyat sekali babo”
“ Itulah berkat adanya tekhnologi 4.0. Pengelola Hallmart itu sudah menggunakan Artificial Intelligent (AI) untuk mengelola jutaan members yang terhubung dengan puluhan stakeholder di bidang logistik. Mereka juga sudah menggunakan Internet of Thing untuk mempercepat proses pengolahan data besar.”
“ Gimana dengan di Indonesia.? Mengapa tidak terapkan juga itu?
“ Indonesia sudah mempersiapkan sejak tahun 2014. Dasarnya UU resi Gudang. Pengelola gudang diserahkan kepada Sucofindo. Untuk penjamin likuiditas sudah ada beberapa bank yang ditunjuk oleh pemerintah.
“ Mengapa tidak segera dibangun “
“ Hallmart itu adalah system. Bukan hanya sebuah bangunan. Kan harus bangun infrastruktur IT secara luas untuk mendukung clearing house perdagangan. Harus bangun pusat logistik dan lain lain. Itu butuh proses. Mungkin tahun depan sudah bisa di aplikasi kan secara luas. Kita memang terlambat tetapi setidaknya Jokowi sudah persiapkan dengan matang soal itu.”
“ Semoga ya. Karena kalau benar kita bisa punya Hallmart seperti di China, wah engga kebayang. Pasti akan banyak pengusaha asing yang akan datang ke indonesia untuk membeli barang produksi UKM dan petani untuk kemudian di tempatkan Hallmart dan kemudian listing di situs marketplace secara global. Akan banyak new comer enterpreneur muncul untuk meraih peluang melalui sinergi dan kolaborasi. Peluang pasar meluas dan produktifitas akan meningkat. Akan mendorong orang beralih ke sektor produksi.”
“ Ya semoga.
Di Indonesia UU Resi Gudang sudah ada sejak tahun 2006 namun stuck. Dan setelah dua kali di revisi, barulah di Era Jokowi, Resi Gudang mulai di implementasikan walau baru dalam skala terbatas. Saat sekarang Daerah yang sudah menerapkan adalah pembangunan 94 gudang SRG yang tersebar di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Sementara Bank Pendukung adalah BRI, Bank BJB, Bank Jatim, Bank Kalsel, Bank Jateng, BPRS Bina Amanah Satria Purwokerto, maupun lembaga keuangan non-bank yaitu PKBL PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan LPDB Kementerian KUKM.
Sekarang sedang berproses pertumbuhan Resi Gudang di seluruh Indonesia. Tapi dengan kesungguhan kita semua, saya yakin dalam jangka waktu panjang Resi gudang akan jadi alat ampuh sebagai sumber pembiayaan Petani dan sekaligus alat perjuangan melawan para rentenir dan tengkulak.
Daripada mengutuki perubahan
Lebih baik terlibat didalamnya
Industri 4.0
Penulis : Babo (Erizeli Jely Bandaro)

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here