Kabupaten Wonogiri secara geografis terletak pada posisi antara 7o32’ sampai 8o15’ Lintang Selatan (LS) serta antara 110o41’ sampai 111o18’ Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah kurang lebih 182.236,02 Hektar atau 5,59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan panjang garis pantai 7,6 km.
Geosite di Wonogiri termasuk segmen Gunung Sewu bagian tengah yang memiliki tujuh situs. Ketujuh situs tersebut adalah, Lembah Giritontro, Goa Sodong, Goa Tembus, Luweng Sapen, Goa Mrico, dan Goa Potro Bunder.
Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di sebelah tenggara Provinsi Jawa Tengah yang diapit oleh Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memungkinkan berkoordinasi dengan kedua provinsi tersebut.
Kabupaten Wonogiri memiliki wilayah karst seluas 338,74 kilometer persegi, yang merupakan sebagian dari Karst Geopark Gunung Sewu dan menyambung hingga ke Kabupaten Pacitan. Kawasan karst ini menyebar di 5 kecamatan yaitu di Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo. Dan kawaan karst di Wonogiri ini juga dinilai yang terbaik oleh kalangan para ahli sejarah dan geologist karena memiliki keberagaman goa-goa yang unik dan menakjubkan.
Museum Karst di Desa Gebangharjo, Kec Pracimantoro Kab Wonogiri 57664. Koordinat lokasi 8°02’28.0″ S 110°46’59.5″E dan berjarak 73 km dari kota Surakarta. Museum Karst terbesar di Asia Tenggara yang diresmikan sejak tahun 2009 silam ini, tidak hanya sekedar museum saja tetapi di sekelilingnya juga terdapat goa-goa karst yang tersebar disekitarnya. Wisatawan juga bisa menyaksikan pemutaran film dokumenter tentang Karst. Museum Karst ini berada di area seluas 3,61 Ha, bangunan museumnya sendiri terdiri dari 3 lantai dengan luas bangunan 300 meter persegi.
Kawasan Lembah Giritontro pertama kali terungkap di lereng Gunung Sewu di tahun 1936, lembah sepanjang 20 kilometer ini memotong pegunungan selatan di Kab Wonogiri bagian selatan. Kawasan purba ini proses pembentukannya diperkirakan memakan waktu 7 juta tahun dan menyimpan berbagai bukti geologi dan sifat bumi.
Bukti-bukti geologis dan arkeologis menyebutkan bahwa Sungai Bengawan Solo Purba dulunya bermuara di Teluk Sadeng di Samudera Indonesia dan hulunya berada di lembah Giritontro, suatu kawasan karst di Wonogiri. Akibat dari pergerakan tektonik berupa pengangkatan bersamaan dengan pergerakan sesar pegunungan sebelah selatan mengakibatkan pembalikan arus sungai yang mengakibatkan Bengawan Solo terbendung dan membentuk lingkaran danau di sekitar Baturetno hingga Eromoko Wonogiri.
Kawasan Lembah Giritontro, berupa perbukitan yang sambung menyambung dengan kontur yang beragam seperti kerucut, bulat serta memiliki kemiringan yang berbeda. Salah satu lembah yang sangat lebar dan panjang dikenal sebagai Lembah Bengawan Solo Purba, merupakan sisa-sisa purbakala dan menjadi bukti bekas aliran sungai yang sangat besar menuju pantai selatan melalui perbukitan karst. Lembah ini merupakan lembah yang sangat subur dan kini menjadi andalan pertanian masyarakat setempat. Lembah ini bisa disaksikan di Dusun Sumur Desa Suci Kec Pracimantoro atau di Sadeng.